Selamat datang di blog aku

Minggu, 03 Juni 2012

Sholat jenazah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Salah satu dari lima rahasia tuhan adalah datangnya ajal atau kematian. Kedatangannya tidak dapat di deteksi oleh apapun dan siapapun. Oleh karena itu amat wajar apabila seorang muslim selalu dianjurkan agar senantiasa mengingat-ingat datangnya pedang maut yang setiap saat dapat ditebaskan, serta mempersiapkan diri sebaik-baiknya menyambut kematian dengan bekal yang memadai. Proses kematian seseorang mengalami beberapa fase yakni : sakit, sakarotul maut, dan hembusan nafas terakhir. Dan kesemuanya memerlukan peralatan yang berbeda.
Dalam hal ini kita harus melakukan seluruh kewajiban terhadap mayit. Salah satunya yaitu menyolati mayit. Untuk itu kami akan memaparkan bagaimana tata cara sholat jenazah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan Sholat Jenazah itu ?
2.      Apa saja Syarat-Syarat Sholat Jenazah?
3.      Apa saja Rukun Sholat Jenazah?
4.      Bagaimana Teknis Pelaksanaan Sholat Jenazah?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui pengertian Sholat Jenazah.
2.      Untuk mengetahui syarat-syarat sholat jenazah.
3.      Untuk mengetahu rukun sholat jenazah.
4.      Untuk mengetahui teknis pelaksanaan sholat jenazah.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Solat Jenazah
Sholat jenazah ialah sholat yamg dilaksanakan atas jenazah secara langsung. Bila jenazah itu tidak ada ditempat maka disebut sholat ghaib.[1]Pelaksanaan sholat disini adalah dalam rangka menghormati dan mendo’akan mayit. Teknis pelaksanaannya berbeda dengan sholat lain, karena semua rukun-rukunnya dilaksanakan dengan berdiri tanpa ada ruku’, sujud dan duduk sama sekali.
Dalam urutannya sholat jenazah dilaksanakan setelah mayit dimandikan dan yang lebih afdhol setelah mayit dikafani, kemudian setelah menyolati proses selanjutnya adalah mengubur mayit.
اعلم أنّ الصلاة على الميّت فرض كفاية , وكذلك غسله و تكفينه و دفنه [2]
Hukum sholat yang dilaksanaannya adalah fardhu kifayah, dalam arti, apabila dalam satu desa sudah ada satu orang yang melaksanakannya maka kewajiban bagi yang lain sudah gugur. Sebaliknya apabila dalam satu desa tidak ada yang melaksanakan sama sekali, maka seluruh penduduk desa berdosa. [3]
B.     Syarat-Syarat Sholat Jenazah
Syarat-syarat sholat jenazah dibagi menjadi dua :
1.    Syarat bagi musholli(Orang yang sholat).
Dalam hal ini, syaratnya sama persis dengan sholat lainnya, yaitu harus suci dari hadas dan najis yang tidak dima’fu, menghadap kublat dan lain sebagainya.
2.    Syarat bagi mayit atau jenazah yaitu :
a.       Telah selesai dimandikan
b.      Posisi mayit berada didepan musholli dan jarak antara keduanya tidak kurang dari 300 dziro’ (± 144 M)
c.       Tidak ada penghalang antara musholli dengan mayit.[4]
C.     Rukun Sholat Jenazah
Rukun sholat jenazah yaitu :
1.    Niat
2.    Berdiri bagi yang kuasa / mampu
3.    Bertakbir empat kali
4.    Membaca Al-fatihah setelah takbir yang pertama.
5.    Membaca sholawat atas Nabi setelah takbir kedua
6.    Membaca do’a
D.    Teknis Pelaksanaan Sholat Jenazah
Sholat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud serta dengan tidak dengan adzan dan iqomat, sedangkan caranya sebagai berikut :
Setelah berdiri sebagaimana mestinya akan mengerjakan sholat, maka :
1.      Niat, menyengaja melakukan sholat atas mayit dengan empat takbir, menghadap kiblat karena Allah. Lafadz niatnya :
أصلّى على هذا الميّت( هذه الميّتة ) اربع تكبيرات فرض الكفاية مأموما لله تعالى
Artinya :
“Aku niat sholat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah ta’ala ”. [5]
2.      Setelah takbirotul ihrom, yakni setelah mengucapkan “Allahu Akbar” bersamaan dengan niat, sambil meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri, diatas perut (sedekap), kemudian membaca surat Al-fatihah, kemudian melakukan takbir yang kedua.[6]
3.      Setelah takbir yang kedua, kemudian membaca sholawat atas Nabi, sebagai berikut :
اللهمّ صلّ على محمّد
 Artinya :
“Ya Allah, Berilah Sholawat atas Nabi Muhammad”[7]
Kemudian melakukan takbir yang ketiga.
4.      Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca do’a sebagai berikut :
اللهمّ اغفرلهُ ( لها ) وارحمهُ ( ها ) وعافهِ ( ها ) واعف عنهُ ( ها )
Artinya :
“Ya Allah, Ampunilah ia, berilah rohmat dan sejahtera dan maafkanlah dia ”.[8]
Kemudian melakukan takbir yang ke empat.
5.      Selesai takbir yang keempat membaca do’a yang kedua, sebagai berikut :
اللهمّ لا تحرمْنا اجرهُ ( ها ) ولا تفتنّا بعدهُ ( ها ) واغفرلنا ولهُ ( ها )
Artinya :
“Ya Allah, janganah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami, dan janganlah engkau memberikan kami fitnah sepeninggalannya, dan ampunilah kami dan dia”.[9]
6.      Kemudian memberi salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan :
السّلام عليكم ورحمة الله وَبَرَكَاتُه
Artinya :
“keselamatan dan rohmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian”.[10]
Apabila jenazah itu laki-laki, imam atau orang yang menyolatkan (jika sendirian)  berdiri sejajar dengan kepala, dan apabila jenazah itu perempuan, maka imam atau orang yang menyolatkan (jika sendirian) berdiri sejajar dengan tengah badannya  atau pusar.[11]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Sholat jenazah ialah sholat yamg dilaksanakan atas jenazah secara langsung, dan Hukum sholat yang dilaksanaannya adalah fardhu kifayah.
2.      Syarat bagi musholli (Orang yang sholat) sama persis dengan sholat lainnya,. Dan Syarat bagi mayit atau jenazah yaitu :Telah selesai dimandikan, posisi mayit berada didepan musholli dan jarak antara keduanya tidak kurang dari 300 dziro’ (± 144 M), tidak ada penghalang antara musholli dengan mayit.
3.      Rukun sholat jenazah yaitu : Niat, Berdiri bagi yang kuasa / mampu, Bertakbir empat kali, Membaca Al-fatihah setelah takbir yang pertama, Membaca sholawat atas Nabi setelah takbir kedua, Membaca do’a.


[1] Amir Syarifuddin, garis-garis besar Fiqih (Jakarta : Prenada Media, 2003),35
[2] Muhyiddin, Al-adzkaar An-nawawi (TTP : Daarul Ikhya’, TT ), 131
[3] Zainuddin Djazuli, Fiqh ibadah  (Kediri : Lembaga Ta’lif wannasyr, TT), 186
[4] Ibid.
[5] Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan sholat lengkap (Semarang : Karya toha putra, 2010), 73
[6] Ibid hal 74
[7] ibid
[8] Ibid hal 75
[9] Ibid hal 77
[10] Ibid hal 78
[11] Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah (Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 2003), 304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar