BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan, kita mengenal metode
ilmiah yang merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Namun tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu
merupakanpengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yang tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.
Metodologi ini secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi.
Untuk lebih mengenal epistemology, didalam halaman-halaman berikut akan
disajikan sebuah saduran dari beberapa buku yang berkaitan
B.
Rumusan masalah
a.
Apa Pengertian
Epistemologi?
b.
Apa Arti
pengetahuan?
c.
Bagaimana
pengetahuan itu berasal?
d.
Bagaimana
pandangan islam terhadap epistemologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistemologi
Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F.Fereire yang
maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yakni epistemologi dan
ontologi (metafisika umum). Kalau dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah
“apakah hal yang ada itu?” maka pertanyaan dasar dalam epistemologi
adalah”apakah yang dapat saya ketahui?”. [1]
Epistemologi berasal dai kata Yunani ”Episteme” dan “Logos”.
Episteme biasa diratikan pengatahuan atau kebenaran dan Logos diartikan
pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori
pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam
bahasa inggrisnya menjadi Theory of Knowledge.[2]
J.A. Neils Mulder menuturkan bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu
pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemologi adalah pengetahuan
tentang yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain. Pendek kata
pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita
Abbas
hamami memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan tantang terjadinya pengetahuan yang telah terjadi itu.
Apabila kita perhatikan definisi dari epistemologi tampak bahwa
semua pendapat hampir senada. Istilah epistemologi berasal dari kata “
episteme” yang berarti pengetahun, dan “logos” yang berarti teori. Secara etimologis,
berarti teori pengetahuan.[3]
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan atau menyelidiki
tentang asal, susunan, metode, serta kebenaran pengetahuan. Menurut Langeveld,
teori pengetahuan membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur pengetahuan,
dan susunan berbagai jenis pengetahuan. Epistemologi, atau filsafat
pengetahuan, adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan
kodrat dari skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dasarnya, serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.[4]
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan
tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan,
perlu diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh
pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan
mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui.
B.
Arti Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi
pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena
itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untu
mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya
sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil
tahu manusia terahadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu
objek tertentu.[5]
Pengetahuan mengacu ke fakta yang mengagumkan bahwa sesuatu
eksisten, yang mengetahui, bukan hanya hadir ditengah-tengah eksisten-eksisten
lain, melainkan juga, seolah olah, transparan: kepada dirinya sendiri, sadara
akan dirinya sendiri dan dengan demikian “hadir bagi dirinya sendiri”. Akan
tetapai, yang mengetahui juga maju melampaui dirinya sendiri tatkala dia
merefleksikan yang lain didalam dirinya sendiri dan karenanya “dalam arti
tertentu menjadi segala sesuatu”, sebagaiman dikatakan Aristoteles.[6]Semua
pegetahuan hanya dikenal dan ada didalam pikiran manusia, tanpa pikiran
pengetahuan tidak akan eksis. Oleh karena itu, keterkaitan antara pengetahuan
dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.
C.
Asal-Usul Pengetahuan
Untuk mendapatkan dari mana pengetahuan itu berasal dapat dilihat
dari aliran-aliran dalam pengetahuan, dan bisa dengan metode ilmiah, serta dari
sarana berpikir ilmiah
1.
Aliran-Aliran dalam
pengetahuan
Dari mana pengetahuan itu muncul dan dapat diakui sebagai kebenaran
bisa dilihat dari aliran dalam pengetahuan. Aliran itu , sebagai berikut
a.
Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan
yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Secara umum rasionalisme adalah
pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama
pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan
inderawi.[7]Filsufnya
antara lain Rene Descrates, B. Spinodza, dan Leibniz.
b.
Empirisme
Empirisme
adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh
pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania,
mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan
yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita
diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang
diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang
dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah
pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang
faktual.[8]
c.
Kritisisme
Penyelesaian
pertentangan antara rasionalisme dan empirsme hendak diselesaikan oleh Emanuel
Khan dengan kritisismenya. Menurutnya peranan budi sangat besar sekali, hal ini
tampak dalam pengetahuan aprioronya, baik yang analitis maupun yang sintetis. Disamping
itu peranan pengalaman (empiris) tampak jelas dalam pengetahuan aposterionya.
Dibedakan menjadi tiga macam:
1.
Pengetahuan
analitis: predikat bsudah termuat dalam subyek, predikat diketahui melalui
suatu analisis subyek. Misalnya lingkaran itu bulat.
2.
Pengetahuan
sintetis aposteriori: di sini predikat dihubungkan dengan subyek berdasarkan
pengalaman indrawi.
3.
Pengetahuan
sintetis apriori: akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak .
d.
Positivisme
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial
lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme
dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte
berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan
sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan
(jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan
sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial
lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme
dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte
berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit
perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan
kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
2.
Metode Ilmiah
Metodologi
merupakan hal yang mengkaji urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya
pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Pada dasarnya didalam
ilmu pengetahuan dalam bidang dan disiplin apapun, baik ilmu-ilmu humaniora
sosial, maupun ilmu-ilmu alam masing-masing menggunakan metode yang sama.
Kata
metode berasal dari kata Yunani methodos ,sambungan kata depan meta
(menuju, melalui, mengikuti,sesudah) dan kata benda hodos (jalan,
perjalanan, cara, arah) kata methodos sendiri berarti penelitian, metode
ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Jadi metode bisa dirumuskan suatu
proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang
dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan.[9]
Menurut
Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam yakni
sebagai berikut:
a.
Metode
ilmiah yang bersifat umum
Metode
ilmiah yang bersifat umum masih dapat dibagi dua, yaitu metode
analitiko-sintetis dan metode non-deduksi. Metode analitiko-sintetis merupakan
gabungan dari metode analisis dan metode sintetis. Metode non-deduksi merupakan
gabungan dari metode deduksi dan metode induksi.
b.
Metode
penyelidikan ilmiah
Metode
penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur atau metode siklus empiris dan metode vertical yang berbentuk
garis lempang atau metode linier.
3.
Sarana berpikir ilmiah
Sarana
berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga , yakni:
a.
Bahasa
Ilmiah
Bahasa
memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dean kehidupan
manusia. Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau nperasaan sebagai alat
komunikasi manusia. Bahasa pada dasarnya terdiri atas kata-kata atau istilah
dan sintaksis . Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa
alami dan bahasa buatan.
b.
Logika
dan matematika
Matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Fungsi matematika menjadi
sangat penting dalam perkembangan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan alam, matematika mmemberikan kontribusi yang cukup besar.
Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan
penggunaan lambing bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, disamping seperti
bahasa, metode, dan lainnya. Logika dan matematika merupakan dua pengetahuan
yang selalu berhubungan erat, yang ke duannya sebagai sarana berpikir deduktif.
c.
Logika
dan statistika
Secara
etimologi kata statistic berasal dari
kata status(bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state
(bahasa inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Negara.
Ditinjau dari segi terminologi, statistic mengandung berbagai macam pengertian
sebagai berikut:
1.
Istilah
statistic kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan
keterangan berupa angka atau bilangan.
2.
Sebagai
kegiatan statistic atau kegiatan perstatistikan.
3.
Kadang
juga dimaksudkan metode statistik, yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh
dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis,
memberikan interpretasi terhadap sekumpulan dan keterangan yang memberikan
pengertian tertentu.
4.
Istilah
statistik dapat juga diberi pengertian sebagai ilmu statistik. Ilmu statistik
tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara
ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik.
Menurut Hartono Kasmadi,dkk. (1990)
peran statistic dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Memungkinkan
pencatatan data penelitian dan eksak;
b.
Memandu
peneliti untuk menganut tata piker dan tata kerja yang definitive dan eksak;
c.
Menyajikan
cara-cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebih banyak dan lebih
mudah mengerjakannya;
d.
Memberikan
dasar-dasar untuk menarik simpulan melalui proses yang meliputi tata cara yang
diterima oleh ilmu;
e.
Memberikan
landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala akan
terjadi dalam kondisi yang telah diketahui;
f.
Memungkinkan
peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat yang kompleks dan rumit,
andaikata tanpa statistic hal itu bakal merupakan peristiwa yang membingungkan
dan akan tidak dapat diuraikan.
D.
Epistemologi Menurut Islam
Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemologi adalah bagaimana mengetahui
pengetahuan. Islam menganjurkan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu,
Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim dan
muslimat. Dalam hadisnya yang lain Nabi Muhammad mengatakan bahwa menuntut ilmu
itu dari ayunan sampai liang kubur. Dari perkataan Nabi Muhammad tadi dapat
dipahami bahwa menuntut ilmu sangat penting bagi manusia. Dalam Al-Quran
dinyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang yakin dan berilmu,”
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa menuntut ilmu penting bagi
manusia, karena dapat meningkatkan derajat manusia di sisi Allah Swt dan di
sisi manusia.[10]
Islam memandang
ilmu bukan terbatas pada eksperimental, tetapi lebih dari itu ilmu dalam
pandangan Islam mengacu kepada aspek sebagai berikut pertama, metafisika yang
dibawa oleh wahyu yang mengungkap realitas yang Agung, menjawab pertanyaan
abadi, yaitu dari mana, kemana dan bagimana.
Pengetahuan dan
kebenaran dalam Islam dapat diperoleh melalui ilham,”Dan (ingatlah), Kebenaran
dan pengetahuan dapat diperoleh manusia melalui ilham yang langsung diberikan
Allah kepada manusia yang telah dipilih-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
Islam pengetahuan dan kebenaran tidak harus melalui metode ilmiah, penelitian,
tetapi dapat langsung diperoleh manusia melalui ilham.[11]
Sebagai uraian
penutup pada poin ini, perlu sebagai dipahami bahwa pengetahuan dalam Islam
berawal dari sebuah keyakinan/ premis keyakinan. Keyakinan akan kebenaran
al-Quran sebagai sumber pengetahuan. Dikatakan al-Quran sumber pengetahauan
karena di antara fungsi al-Quran adalah sebagai petujuk dan pembeda antara yang
hak dan yang batil. .
Dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa sumberdari pengetahuan dalam Islam adalah wahyu.
Dan untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah dengan mempergunakan panca indra dan
akal yang kesemua kegiatan tersebut dikendalikan oleh iman dan wahyu.wahyu
merupakan puncak segala sumber pengetahaun yang merupakan manisfestasi dari
firman Allah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Epistemologi, secara etimologi berasal dari “ epiteme” dan “logos”
yang berarti teori pengetahuan, dimana teori disini membahas mengenai hakikat
pengetahuan, unsur-unsur pengetahaun, dan susunan berbagai jenis pengetahuan.
Sedangkan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan
apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Dan dalam pandangan Islam menuntut
ilmu adalah wajib, seperti hadist Nabi yaitu “menuntut ilmu adalah wajib bagi
setiap muslimin muslimat”.
Dan
pengetahuan sendiri berasal dapat dilihat dari aliran aliran dalam pengetahuan
dan metodologi pengetahuan, serta sarana berfikir ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Surajiyo,Filsafat Ilmu dan
perkembangannnya di Indonesia(Jakarta : Bumi Aksara,2010),hal 24.
[2]
Ibid.
[3]
Ahmad Faruk, Filsafat Umum (Ponorogo : STAIN Po PRESS, 2009),hal 25.
[4]
Surajiyo,Filsafat Ilmu dan
perkembangannnya di Indonesia(Jakarta : Bumi Aksara,2010),hal 25
[5]
Ibid. hal 26.
[6]
Ahmad Faruk, Filsafat Umum (Ponorogo : STAIN Po PRESS, 2009),hal 29
[7]
Ibid hal 34
[8]
Ibid hal 39
[9]
Surajiyo,Filsafat Ilmu dan
perkembangannnya di Indonesia(Jakarta : Bumi Aksara,2010),hal 35
[10] MUjamil Qomar, Epistemology Pendidikan
Islam (Jakarta: Erlangga, TT) Hal 25
[11]
Osman
Bakar, PhD, http://i-epistemology.net/osman-bakar/32-epistemologi-menurut-perspektif-islam--beberapa-isu-pilihan-untuk-diskusi.html .
Diakses tgl 7 april 2012, 19.15 WIB